Empat Masalah yang Bikin Bisnis Gagal Jadi Top of Mind

Empat Masalah yang Bikin Bisnis Gagal Jadi Top of Mind

Smallest Font
Largest Font

Empatmata.com - Ketika bisnis kamu berjuang untuk tetap relevan di pasar, menjadi top of mind bagi customer itu krusial. Tapi, sering kali pengusaha tersandung pada hal-hal yang seharusnya bisa menjadi kekuatan.

Di sini, kita akan fokus pada empat hal yang langsung mengarah ke masalah yang dihadapi pengusaha saat bersaing dengan kompetitor.

Apa itu Top of Mind?

Top of Mind adalah istilah dalam dunia bisnis yang mengacu pada teringatnya sebuah nama merk atau brand dalam kategori produk tertentu. Makin kuat sebuah brand di pikiran konsumen maka semakin besar kemungkinan itu muncul pertama kali di benak pelanggan.

Top of Mind juga bisa dianggap sebagai sebuah strategi branding yang sangat berhasil karena telah menciptakan kesan brand yang kuat di pikiran konsumen. Strategi ini tak menggunakan diskon yang membuat ketertarikan pelanggan bertahan dalam waktu yang sebentar.

1. Frekuensi dan Exposure: Bisnis Kamu Tidak Terlihat Cukup Sering

Menurut Nielsen, butuh 6-7 kali eksposur sebelum customer mulai ingat merek kamu. Banyak pengusaha sudah berusaha keras tampil di berbagai platform, tapi mereka lupa satu hal: frekuensi.

Eksposur yang kurang itu seperti billboard yang dilihat sepintas di jalan tol—tidak cukup kuat untuk diingat. Jika kamu ingin customer ingat, pastikan brand kamu terus muncul, konsisten, dan berulang.

Dalam pemasaran digital, Eksposur adalah atensi yang didapatkan karena tersebarnya informasi mengenai suatu hal di berbagai media massa.

Jadi bisa dikatakan bahwa exposure bisnis adalah atensi yang didapatkan oleh perusahaan atau branddari informasi yang tersebar di media.

2. Kualitas Produk dan Customer Experience: Kamu Fokus ke Penjualan, Tapi Lupa Pengalaman

Data dari Forbes Insight menunjukkan 73% pelanggan lebih ingat brand yang memberikan pengalaman luar biasa. Nah, di sinilah sering terjadi kesalahan.

Banyak bisnis fokus mengejar target penjualan tapi melupakan pengalaman customer.

Padahal, tanpa pengalaman yang positif, loyalitas itu rapuh. Customer bukan hanya beli sekali, mereka butuh alasan kuat untuk terus kembali.

Customer experience sendiri adalah kesan yang dirasakan pelanggan terhadap suatu merek atau produk dalam seluruh perjalanan mereka: Mulai dari pemasaran, Penjualan, Layanan pelanggan, Interaksi dengan berbagai tim dan titik interaksi. 

Ini merupakan hasil dari semua interaksi yang dilakukan pelanggan dengan merek. Tujuannya adalah: Menciptakan hubungan yang baik dengan pelanggan, Membangun loyalitas pelanggan, Meningkatkan kepuasan pelanggan, Mendapatkan pemasaran dari mulut ke mulut, Mendapatkan ulasan positif dan rekomendasi. 

3. Emotional Branding: Kamu Berjualan, Bukan Bercerita

Ini masalah klasik. Pengusaha sibuk menjual produk, lupa membangun cerita yang mengena di hati customer.

Padahal, emosi adalah penggerak utama pembelian, seperti yang diungkapkan oleh Harvard Business Review.

Nike bukan hanya menjual sepatu, mereka menjual mimpi dan perjuangan. Brand kamu perlu menyentuh sisi emosional customer, atau kamu hanya akan jadi satu dari sekian banyak penjual.

Emotional branding sendiri adalah strategi pemasaran yang bertujuan untuk membangun hubungan emosional jangka panjang antara merek dan konsumen yang bisa dilakukan dengam banyak cara.

4. Word of Mouth dan Ulasan Online: Kamu Mengabaikan Suara Customer

Menurut BrightLocal, 91% customer membaca ulasan sebelum membeli produk. Tapi, banyak pengusaha tidak memanfaatkan ulasan positif sebagai alat promosi alami.

Di sini letak keunggulan kompetitor yang berhasil: mereka tahu cara menggunakan review sebagai magnet customer baru.

Jika ulasan buruk menguasai, itu bisa menghancurkan reputasi kamu secepat kilat.

Editors Team

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait

Paling Banyak Dilihat